Fikri berharap bukunya dapat menjembatani cara berpikir analitik dengan berpikir kreatif dalam bentuk regulasi. Sehingga tak ada produk-produk ekraf yang belum ada sertifikasi. “Kami ingin memfasilitasi, bukan membatasi kreativitas. Kalau dibatasi namanya dikotak-kotakkan, nggak muncul ide gila,” tegasnya.
Sementara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno mengucapkan selamat dan sukses atas terbitnya Kebangkitan Ekraf Dari Regulasi. Ia juga berterima kasih kepada Perpusnas RI karena telah memfasilitasi launching buku tersebut. “Buku ini akan jadi penguat ekosistem ekonomi kreatif dalam menciptakan peluang usaha. Menciptakan lapangan kerja dengan target 4,4 juta pekerja pada 2024 mendatang,” ujar Sandi.
Baca Juga: Menu Sahur buat Ibu Menyusui Ramadhan 2023, Baik untuk Jaga Produksi ASI
Sandi menjabarkan, ada 17 subsektor ekonomi kreatif dengan total 24 juta pelaku usaha. Di mana 42 persen bergerak di sektor kuliner, kemudian 18 persen di fashion, 15 persen di sektor kriya, dan 14 subsektor lainnya tersebar. Mulai dari subsektor aplikasi, permainan, televisi dan radio, musik, televisi, animasi, arsitektur, penerbitan, periklanan, dan sebagainya.
“Jika berbicara mengenai ekosistem per tahun lalu, maka produk ekonomi kreatif yang didaftarkan untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HAKI), akan dapat keleluasan untuk jadi objek pembiayaan.” “Sebagai contoh karya cipta lagu yang memperoleh HAKI, akan mendapatkan royalti bila dinyanyikan secara komersil,” jelasnya. “Selamat atas diluncurkan buku ini yang merupakan penyemangat dan meletakkan fundamental yang tepat untuk sektor yang diharapkan menjadi ekonomi masa depan Indonesia,” ucap Sandi.
Adapun Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando menyebut buku berjudul Kebangkitan Ekraf Dari Regulasi karya Abdul Fikri Faqih dinilai sangat fundamental karena memperkaya hasanah bangsa. Akan jadi nilai tambah bagi produk ekonomi kreatif, agar terjamin dengan adanya regulasi UU Nomor 24/2019.
“Dapat manfaat selain nilai tambah, juga hak paten. Peran perpustajkaan di dalam UMKM adalah menginspirasi dan membantu menemukan inovasi kreativitas, dari jutaan buku yang ada,” ujarnya. Kepala Perpusnas menambahkan, hal ini jadi bagian yang tak terpisahkan. Sebab, upaya Perpusnas RI dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 tidak banyak yang mengalirkan bagaimana dimulai dari daya imajinasi. Langsung masuk ke program dan hitung berapa biaya yang dibutuhkan.
“Tapi sumber daya manusia (SDM) yang menciptakan ekonomi kreatif belum siap, karena tidak dipandu oleh buku. Sejak transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, dua juta penerima manfaat yang kami capai. Pada tahun lalu, 750 ribu, dari target hanya 35 ribu orang,” tukasnya. (**/suf)