Dan kanker paru dilakukan skrining dengan low-dose CT scan terutama bagi perokok berat di atas usia 40 tahun.
"Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan kanker atau faktor risiko tertentu seperti kebiasaan merokok, skrining dianjurkan dilakukan lebih awal," jelasnya.
Diakui Putu saat ini masih banyak masyarakat yang kurang memahami pentingnya deteksi dini.
“Banyak pasien, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, yang lebih memilih pengobatan alternatif daripada medis," ujarnya.
Ketika didiagnosis kanker, masyarakat sering kali takut menjalani kemoterapi atau biopsi karena mitos yang beredar.
Seperti anggapan kemoterapi pasti menyebabkan kematian atau bahwa biopsi bisa membuat kanker menyebar.
Menurutnya, edukasi tentang kanker harus terus dilakukan agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya pemeriksaan kesehatan.
“Pengetahuan yang lebih baik, diharapkan mereka bisa lebih cepat mengambil tindakan jika ada gejala mencurigakan,” ungkapnya.
Sebagai dokter yang fokus pada hematologi-onkologi, Putu semakin banyak masyarakat yang memahami manfaat skrining dan deteksi dini.
“Semakin cepat kanker ditemukan, semakin besar peluang untuk sembuh. Jadi, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan sejak dini,” pungkasnya.
Dalam seminar kali ini juga dihadirkan dr.Heldrian Dwinanda yang membahas Mitos dan Fakta pengobatan kanker. Serta dr.Arieska Felicia yang membahas Nutrisi Sehat untuk mencegah kanker.(*)