METROPOLITAN.ID - Di balik tembok-tembok kusam yang kini bersalin rupa menjadi karya seni di sudut-sudut Kota Bogor, berdiri seorang seniman muda bernama Fiqri Septiawan, atau yang lebih dikenal dengan nama panggungnya: Piqree.
Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan (UNPAK) ini memilih jalan hidup yang tak biasa: bukan dunia penyiaran yang digelutinya di bangku kuliah, melainkan dunia mural yang sudah ia tekuni sejak 2015.
Semua berawal dari karakter ikonik ciptaannya, “Asep”, yang kini muncul di banyak mural hasil karyanya.
Apa yang dulu hanya menjadi pelarian dan ruang aman untuk menyalurkan keresahan, kini menjadi suara visual yang lantang berbicara tentang realitas sosial. Inspirasi terbesarnya datang dari Darbotz, muralis ternama Indonesia.
“Darbotz membuka mata saya. Mural itu bukan sekadar gambar di tembok, tapi media komunikasi,” ujar Piqree dalam wawancara bersama tim Metropolitan.
Bagi Piqree, mural adalah bentuk pernyataan. Ia mengangkat isu-isu lingkungan sekitar, keresahan sosial, bahkan kritik yang tak bisa diungkapkan lewat kata-kata biasa.
Maka tak heran, beberapa karyanya kerap dianggap ‘terlalu keras’ atau ‘frontal’.
Penolakan pertama justru datang dari keluarga sendiri. “Keluarga awalnya nggak dukung. Tekanan dari luar juga banyak. Tapi saya tetap gambar. Karena ini satu-satunya cara saya bisa bicara,” tuturnya.
Tak hanya tekanan personal, ia juga menghadapi tantangan dari sistem. Di Bogor, mural masih dianggap sekadar corat-coret tak berizin.
Padahal menurutnya, kota hujan ini punya potensi besar jika ekosistem seninya didukung.
“Kalau seniman terus nggak dikasih ruang, Bogor ya bakal tetap jadi kota hujan tanpa warna,” ungkapnya lugas.
Baca Juga: Baru Disahkan! Ini Manfaat Perda Pencegahan Kekerasan di Lingkungan Pendidikan di Kota Bogor
Meski belum banyak dikenal publik luas, karya Piqree terus tumbuh. Dari mural di Perpustakaan Universitas Djuanda (UNIDA), live painting di event musik Pesta Bogor Berselancar, hingga keterlibatannya sebagai animator dalam proyek kolaborasi Sepak Temu Akademi.