Ia pun mengucapkan terima kasih kepada LAZ Rabbani atas bantuan pembangunan sumur bor dan shelter air sehingga bisa dimanfaatkan oleh warga.
Sementara Ketua LAZ Rabbani Muhammad Faried mengatakan, perjalanan program air di Kampung Kemang, Desa Sukaluyu, Tamansari cukup panjang.
"Ketika pengajuan datang pertama kali di bulan Januari, kami lakukan follow up dengan melakukan geolistrik," katanya.
Menurutnya, Geolistrik perlu dilakukan karena pihaknya tidak bisa menjalankan program air ini dengan perasaan, harus dengan fakta dan data.
"Warga di sini sudah pesimis gak mungkin keluar air, tapi bicara data berdasarkan hasil Geolistrik, ada air di kedalaman lebih dari 80 meter," jelasnya.
Pihaknya menyadari bahwa pengeboran akan berjalan sulit, untuk itu pengeborannya menggunakan mata bor khusus dari diamond.
"Dan butuh waktu satu bulan setengah, tapi Alhamdulilah berhasil," terangnya.
Setelah dilakukan pumping test baru ketahuan debit airnya ada sekitar 12.000 meter kubik per jam.
"Jadi debitnya luar biasa besar, kami melihat kalau cuma untuk masjid sayang banget, makanya kita dorong untuk dibuatkan shelter air dan depot air minum gratis," katanya.
Menurutnya, dana yang digunakan untuk membangun program ini merupakan dana umat.
"Karena kami adanya di Kabupaten Bogor maka sudah sepantasnya dikembalikan ke Kabupaten Bogor, kami hanya ingin menjalankan amanat sebaik-baiknya," tutur Faried.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bogor Farid Ma'ruf mengatakan, wilayah Tamansari dan Tenjolaya tidak semestinya kekurangan air bersih. Sebab ada sumber air yang tidak akan pernah kering sampai kapan pun.
"Masalahnya satu, air bersih dari Gunung Salak tidak terdistribusi dengan baik," katanya.
Ia menambahkan, menurut data mereka, di Gunung Salak ada paling tidak 29 air terjun.
"Itu untuk wilayah Tenjolaya aja, artinya ada 29 mata air," tutur Farid.