Senin, 22 Desember 2025

Dominasi Budaya Korea: Globalisasi dan Imperialisme Budaya di Era Digital

- Sabtu, 10 Mei 2025 | 06:12 WIB
Maria Fitriah (Mahasiswi Program Doktor Komunikasi Pembangunan IPB University dan Dosen Program Studi Sains Komunikasi Universitas Djuanda) (Dok Pribadi )
Maria Fitriah (Mahasiswi Program Doktor Komunikasi Pembangunan IPB University dan Dosen Program Studi Sains Komunikasi Universitas Djuanda) (Dok Pribadi )

Drama Korea atau Film Korea menggambarkan kebudayaan Korea Selatan dalam kehidupan sehari-hari. Drama Korea atau Film Korea memperlihatkan gambaran kehidupan di Korea, seperti makanan (kimchi dan ramen), fashion Korea, gaya berpakaian dan perawatan wajah seperti orang Korea.

Tanpa sadar kita berada dalam imperialisme budaya dengan mengadopsi budaya-budaya yang ada di Korea.

Korea Selatan telah berhasil menyebarkan produk budaya pop mereka secara global seperti film, musik, olahraga, dan fashion (Putri & Purnomo, 2019).

Hal tersebut sangat membuka peluang bagi Korea Selatan dalam pengembangan potensi budayanya. Korea Selatan mampu menciptakan Hallyu yang terus berkembang secara global dan berdampak pada meningkatnya popularitas Korea Selatan di dunia.

Banyak dari film atau drama Korea yang populer di seluruh Asia dan belahan dunia lainnya seperti Timur Tengah, Amerika Latin, dan lain-lain.

Drama Korea (K-Drama) menjadi salah satu produk budaya kesenian yang berpacu pada drama TV di Korea dalam bentuk mini seri, menggunakan bahasa dan budaya Korea (Simbar, 2016).

Budaya Korea Selatan bukan hanya populer di Indonesia. Seluruh dunia pun sudah melekatnya.

Secara tidak langsung, inilah keberhasilan salah satu cara memperkenalkan budaya Korea sehingga banyak orang tertarik ingin datang ke Korea.

Tidak hanya itu, media mampu menularkan transfer gaya hidup. Tidak dipungkiri bahwa budaya Korea menjadi sorotan masyarakat, khususnya generasi muda.

Tantangan dalam Imperialisme Budaya di Era Globalisasi

Hal yang dikhawatirkan pada imperialisme budaya adalah mudahnya terpengaruh cara pandang dan perilaku budaya asing tanpa penyaringan.

Pergeseran budaya akan dapat terjadi dalam imperialisme budaya. Pentingnya menjaga identitas dan karakter budaya lokal di antara imperialisme budaya.

Pergeseran budaya akan menyebabkan hilangnya nilai-nilai sosial, norma, gaya hidup yang tidak sesuai dengan budaya lokal (seperti budaya timur di Indonesia).

Alangkah baiknya jika tetap mempertahankan budaya lokal dengan melestarikannya saat menerima imperialisme budaya.

Dengan demikian, perpaduan dalam pertukaran budaya akan menciptakan keharmonisan karena sikap toleransi dan saling menghormati.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

OPINI: Inovasi atau Anomali Haji?

Rabu, 19 November 2025 | 21:05 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 09:27 WIB

UMKM Naik Kelas

Selasa, 30 September 2025 | 20:36 WIB
X