Tak heran jika lokasi temuan ini dianggap sakral oleh masyarakat sekitar, yang selama ini mungkin belum sepenuhnya menyadari nilai sejarahnya.
Semangat para peneliti BRIN dalam penelitian tahap 4 ini begitu besar, mengingat Museum Prabu Siliwangi menyimpan banyak potensi temuan berharga lainnya.
Selain batu dakon, koleksi keramik kuno dan naskah-naskah tua di museum menjadi fokus penting karena dapat membuka tabir peradaban masa Hindu-Buddha hingga masa-masa setelahnya.
Proses analisis tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi juga melibatkan pemahaman lapangan: menelusuri lokasi asal temuan, mencatat detail bentuk dan simbol, hingga membandingkan dengan temuan serupa di wilayah lain.
Kerja sama antara tim arkeolog, pihak museum, dan masyarakat lokal menjadi salah satu kekuatan utama dalam penelitian ini.
Dukungan warga sekitar untuk menjaga lokasi temuan, serta peran media dalam menyebarluaskan informasi, diharapkan dapat mendorong perhatian yang lebih luas dari pemerintah maupun pihak akademis.
"Bagi para peneliti, setiap batu, keramik, atau naskah kuno bukan hanya benda mati, melainkan saksi bisu perjalanan panjang sejarah manusia di Nusantara yang wajib dilestarikan untuk generasi mendatang," pungkasnya.***