Baca Juga: Persib Bandung vs Lion City Sailors: Susunan Pemain, Prediksi Skor, Link Live Streaming
Di saat bersamaan, regulasi ekosistem berita digital juga terus bergeser dari wacana kewajiban berbagi nilai ekonomi berita hingga standar usia minimum pengguna media sosial untuk melindungi anak.
Semua ini terjadi di tengah struktur demografi yang muda: Gen Z saja berjumlah sekitar 71,5 juta jiwa (±27 persen populasi), mengalahkan jumlah Milenial. Ketika ruang hidup mereka dominan digital, maka bela negara pun harus menemukan bentuknya yang digital.
Era digital telah mengubah fundamental cara hidup berbangsa dan bernegara. Generasi Milenial (66,82 juta pemilih) dan Gen Z (46,8 juta pemilih, 75 juta populasi total) di Indonesia menghadapi tantangan unik sebagai digital natives yang harus menerapkan nilai-nilai kebangsaan di ruang digital.
Dengan penetrasi internet nasional mencapai 80,66 persen dan durasi online rata-rata 8+ jam per hari, generasi ini memerlukan panduan komprehensif untuk mengimplementasikan bela negara di era digital.
Baca Juga: Siapa Menteri BUMN Pengganti Erick Thohir usai Jadi Menpora?
Berdasarkan data dari Newzoo, pada tahun 2024 pengguna ponsel pintar di seluruh dunia mencapai 7,21 milyar dan Indonesia menduduki peringkat ke 4 dengan 187,7 juta pengguna ponsel pintar dari sekitar 275,5 juta penduduk Indonesia atau lebih kurang 68,1 persen.
BPS mencatat pada tahun 2024 bahwa pengguna telepon seluler (HP) di Indonesia mencapai sekitar 82,05 persen dari penduduk usia 5 tahun ke atas dalam 3 bulan terakhir. Di sisi lain, penggunaan internet tercatat 72,78 persen pada populasi yang sama.
Sementara itu, data dari awal tahun 2025 menunjukkan jumlah pengguna media sosial Indonesia sebanyak 143 juta identitas pengguna aktif, yang setara dengan sekitar 50,2 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai 285 juta jiwa di awal tahun 2025.
Dari statistik ini, kita bisa melihat gambaran bahwa hampir seluruh manusia remaja hingga dewasa di Indonesia memiliki ponsel pintar dan memiliki akses terhadap banyak sekali informasi yang beredar dalam genggamannya.
Baca Juga: Dinilai Berprestasi, Alma Wiranta Kembali Dipercaya Dedie A Rachim Jadi Kabag Hukum Kota Bogor
Kita bisa membayangkan derasnya arus informasi yang mengalir dan masuk ke dalam alam pikiran kita setiap detiknya. Di sisi lain, UNESCO pada September tahun 2025 mengeluarkan data statistik tentang literasi orang dewasa (15+) di tingkat global. Rilis tahun 2025 menggunakan data paling mutakhir tahun 2024.
Tingkat melek huruf orang dewasa dunia: 88 persen (tahun data 2024). Gen-Z (15–24): 93 persen. Jumlah orang dewasa yang belum melek huruf: 739 juta (2024).
Masih menurut data tersebut, dari 208 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-100 dengan literasi 95,44 persen dan ternyata posisi Indonesia masih kalah dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina 96,62 persen di posisi ke-88, Brunei urutan ke-86 dengan 96,66 persen dan Singapura urutan ke-84 dengan 96,77 persen.
Bagi kita bangsa Indonesia, statistik tersebut menunjukkan sebuah ironi yang perlu diwaspadai. Di satu sisi Indonesia menjadi salah satu negara pengguna ponsel pintar terbesar di dunia, namun disisi yang lain kondisi literasinya masih tergolong rendah.