METROPOLITAN.ID - Kasus pengusiran mantan dosen UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Mohammad Imam Muslimin atau Yai Mim memasuki babak baru.
Yai Mim diusir dari Perumahan Joyogrand, Lowokwaru, Kota Malang, diduga oleh Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
Konflik yang berawal dari urusan sepele, yakni parkir mobil rental yang mengganggu, berubah menjadi drama sosial serius yang melibatkan dugaan persekongkolan, pengondisian warga, dan tindakan sewenang-wenang oleh para pemangku jabatan lingkungan.
Persoalan pengusiran Yai Mim dan istrinya, Rosida Vignesari, berawal dari isu domisili KTP yang mencuat setelah konflik mereka dengan tetangganya, Nurul Sahara dan suami, menjadi viral.
Baca Juga: Yai Mim dan Sahara Damai? Dedi Mulyadi Tegaskan Tak Perlu Mediasi
Ketua RW setempat menanyakan status KTP Yai Mim dan Rosida yang ternyata masih tercatat di kelurahan lain.
Meskipun Yai Mim beralasan belum mengurus kepindahan karena adanya kebutuhan administrasi haji istrinya, Ketua RW menilai hal tersebut 'fatal' dan mendesak mereka segera mengurusnya.
Yai Mim pun menindaklanjuti saran tersebut. Namun, proses kepindahan domisili ini justru menjadi titik jebakan yang diyakininya telah dikondisikan.
Salah satu syarat penting yang dibutuhkan adalah tanda tangan dan persetujuan Ketua RT 09, Prajogo Subiarto.
Baca Juga: Jokowi Sakit Apa? Absen saat HUT TNI, Kondisi Kulit Wajah Disorot
Karena Prajogo Subiarto sulit ditemui di rumahnya, Yai Mim berinisiatif mencarinya di musala perumahan saat waktu salat Isya.
Yai Mim bahkan mengaku sengaja tidak ikut salat agar dapat langsung mencegat Ketua RT setelah salat selesai, khawatir yang bersangkutan akan menghindar.
Alih-alih mendapatkan tanda tangan, Yai Mim justru disambut dengan pernyataan tegas dari Ketua RT bahwa ia dan istrinya diusir serta ditolak menjadi warga Perumahan Joyogrand Kavling Depag.
Prajogo Subiarto kemudian menyodorkan surat kesepakatan pengusiran yang telah ditandatangani oleh 25 orang, termasuk dirinya dan Ketua RW.
Baca Juga: Kronologi Yai Mim Diusir Warga usai Konflik dengan Sahara, Akui Dilarang Salat