Dari percakapan yang disaksikan wartawati lain dan juga mungkin oleh orang lain yang berada dilokasi, pejabat tersebut mengatakan berita yang dibuat adalah Hoax, karena pengakuan Korban (Ncep) hanya berdasarkan katanya (kata pengaduan sang istri).
"Kalau buat berita itu jangan hoax, gak bener itu, gak bener, tanya dong kapan kejadiannya, ada gak buktinya, saksinya mana, siapa?, dimana, jangan katanya... (Ncep mengatakan atas dasar pengaduan sang istri), sekarang dua-duannya sudah "islah" (antara Ncep dengan YG (terduga pelaku)," tegas pejabat tersebut meradang dengan nada tinggi dan ketus.
"Ironis, seorang pejabat tinggi di Karawang tersebut yang seharusnya mencerminkan budi pekerti yang luhur serta menjung-jung tinggi etika profesi yang baik, malah bersikap begitu arogan, seolah tidak ada ruang lain untuk memberikan penjelasan atau meluruskan pemberitaan jika memang berita itu hoax..," kata Endang Saputra, Koordinator GoWa.
"Apakah memang seperti itu pejabat bersikap?, kan bisa bicara baik-baik, diundang ke kantor, pertemukan dengan Ncep dan YG, dan sampaikan bahwa mereka sudah "Islah" dan kejadian itu tidak benar. Pergunakanlah hak jawab. Kalau tidak puas, laporkan saja Ncep yang membuat pernyataan dimedia, jangan seolah seperti mencoba mengintimidasi wartawan dengan perbuatan tidak menyenangkan seperti itu," ungkap Endang Saputra menyayangkan.
Sebelumnya, Ncep ( Korban yang istrinya diduga diperlakukan tidak senonoh) mendatangi sang wartawati dan mengeluhkan jika dirinya begitu putus asa, ingin mati bunuh diri sampai ingin membunuh orang, ketika mendengar pengakuan sang istri (saat ini diketahui sudah diceraikan Ncep) yang mengatakan telah "didekati" diduga oleh rekan kerjanya sendiri berinisial YG.
Mendapat informasi tentang dugaan pelecehan seksual tersebut, Sang wartawati pun lantas mewawancarai korban dan bertanya apa yang diinginkannya.
Sang wartawati mencoba mengkonfirmasikan kepada YG terkait kebenarannya, namun tidak berhasil menemui pelaku dan Ncep pun tidak memberikan nomor kontak YG.
Berbekal pengakuan dari Ncep, sang wartawati mencoba mengkonfirmasikan permasalahan tersebut kepada kepala instansi pemerintah yang menjadi atasan korban dan pelaku.
Tidak mendapat jawaban, sang wartawati lantas mempublikasikan pengakuan Ncep (nara sumber) tersebut, karena Ncep kembali datang menemui sang wartawati dan mengeluh jika pimpinannya dikantor seolah diam saja dan tidak memberikan sanksi apapun kepada YG.
Sang pejabat yang berang atas pemberitaan sang wartawati kemudian menumpahkan uneg-unegnya kepada sang wartawati dan mengabaikan langkah klarifikasi maupun penggunaan hak jawab.
"Sangat disayangkan, kejadian ini seolah mencerminkan potret arogansi oknum Pejabat Karawang," tutup Endang. (acu/ryn)