METROPOLITAN - Kelompok Tani Hutan (KTH), merupakan komunitas yang bergerak dalam konservasi jalur puncak melalui kopi. KTH awalnya sebagai kelompok konservasi atau pencinta alam. Kemudian berkembang ke penanaman barang (kopi) bersama masyarakat. Dahulu KTH belum memiliki wadah, dibimbing Perhutani dan dibentuk menjadi KTH Cibulao Hijau.
KTH bergerak dikonservasi mulai dari penghijauan, penanaman, bahkan konservasi sumber daya manusia (SDM). KTH menjadikan penanaman kopi sebagai gerakan bonus karena memiliki nilai jual dan fungsinya melindungi pohon yang tersisa. Adanya pohon tersisa ditanami kembali misalnya dengan kekurangan tegakan disulam lagi pohon-pohon pengerasan lainnya. Dengan adanya kopi itu, untuk penggerak ke masyarakat dan fungsinya ke masyarakat sebagai pengelola hutan tersebut,”
ujar Ketua KTH, Kiryono saat ditemui di acara Ekspose Program Pemulihan Ekosistem di Hulu DAS Ciliwung di Puncak Tugu Utara, Cisarua, Kabupaten Bogor, kemarin.
Kopi yang diproduksi diberi nama kopi Cibulao dan telah dilegalkan dengan pihak perhutani pada 2008. Kopi Cibulao mendapat predikat robusta dengan kategori spesialiti dan menjadi juara 1 di Fun Robusta pada 2016. “Kopi Cibulao ada dua macam, yaitu Arabica dan Robusta dan banyak farietasnya,” lanjut Kiryono.
Promosi Kopi Cibulao sudah menembus pasar mancanegara seperti Swiss, Amerika, Jepang atau Asia, Eropa, dan Amerika. Cibulao memiliki keunikan dan rasanya yanh berbeda dengan yang lain.
Selain kopi, KTH juga menawarkan wisata edukasi dan wisata KTH Bike Park (Komunitas Sepeda). KTH Bike Park sendiri memfasilitasi jalur tikus yang dikelola sehingga mendapat income untuk masyarakat dan untuk penghijauan dari Dinas Perhutani.
(kbl/pjs/ram)