METROPOLITAN - Iwan Arief Budiman, bapak dua anak yang sudah aktif 18 tahun di organisasi kemasyarakatan. Pecinta kopi hitam ini memiliki tujuan hidup dapat meneruskan perjuangan almarhum ayahnya, R Arifin Achmad. Yakni, memajukan dan membesarkan nama kota kelahirannya yaitu Bogor. Lantas, seperti apa kiprah perjalanan karir Kepala Unit Pasar Kebon Kembang ini? Berikut wawancara Harian Metropolitan bersama pria berusia 48 tahun: Sejak kapan Anda aktif di dunia organisasi kemasyarakatan? Awalnya saya itu aktif di FKPPI Kota Bogor sejak tahun 1990. Saya aktif di beberapa kegiatan seperti diklat bela negara, latihan dasar militer dan kepemimpinan hingga bersih-bersih kota. Kalau di masyarakat, saya aktif mengingatkan tentang kesadaran pentingnya Kebhinekaan & menjaga keutuhan NKRI. Apa yang memot ivas i Anda aktif di dunia organisasi kemasyarakatan? Pertama karena tauladan orang tua dan saya ingin meneruskan keaktifan beliau sejak dulu. Ayah saya adalah R Arifin Achmad seorang Kasi 1 Korem di TNI. Beliau merupakan salah satu orang yang mencetuskan Lemhanas dan juga sebagai pendiri Universitas Pakuan, Siliwangi serta Tirtayasa. Kemudian, beliau juga sebagai pendiri Bangau Putih, Koperasi Angkutan Bogor, Penasehat Daya Mahasiswa Sunda dan penerjemah Menteri Pertahanan dan Keamanan di era M Yusuf pada saat tahun 1980-an. Terakhir, ayah saya yang merupakan sahabat KH Sholeh Iskandar ini merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Kota Bogor dan sempat mendirikan Yayasan Preman Sadar (Prems). Apakah ada yang lainnya? Kedua karena panggilan hati. Karena, pada saat zaman dahulu informasi itu belum secerah saat ini. Maka, itulah yang menjadi alasan kenapa saya aktif di dunia kemasyarakatan. Setelah bergabung di dunia organisasi kemasyarakat, apa yang ingin Anda lakukan? Tentu saya ini tidak mau berada di bawah bayang-bayang ayah saya. Karena, beliau merupakan seorang prajurit militer yang berbeda dengan pekerjaan saya. Namun, tujuan hidup saya hampir sama dengan orang tua saya, yakni berbakti untuk memajukan Bogor dan itu yang saya teladani. Bagaimana cara yang Anda lakukan untuk memajukan Bogor? Berhubung saya bekerja di BUMD PD PPJ Kota Bogor. Saya ingin memajukan dari sisi mikro ekonominya melalui memajukan tempat saya bekerja dan para pedagangya. Saya juga salah satu pendiri Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI) Kota Bogor. Maka, saya terus mensosialisasikan mengenai penyakit anemia dan bagaimana caranya mengajak masyarakat untuk bersama-sama bisa mendonor dan menstabilkan stok darah. Kalau untuk DHC 45-nya, saya ini mengajak masyarakat untuk tidak lupa akan sejarah dan mengabaikan para pelaku sejarah sesuai pesan Bung Karno. Yakni, dengan cara mengkampanyekan kesantunan atau ke bogoran kepada warga itu sendiri. Selama aktif di dunia organisasi kemasyarakatan, adakah hal yang Anda bisa banggakan? Yang sangat saya banggakan adalah ketika saya melakukan kegiatan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Yaitu, pada saat melakukan kegiatan donor darah, berhasil menyalurkan CSR perusahaan dan Counselling untuk anak-anak penderita thalassaemia dan lain sebagainya. Terakhir, target Anda seperti apa saat ini? Saya ingin thalassaemia ini tersosialisai dengan gencar agar seluruh masyarakat mengetahuinya. Karena, tidak dipungkiri, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui penyakit ini. Kemudian, saya juga ingin, dimana tempat saya mengabdi atau bekerja itu dapat terus maju dan bisa menaikan omset bagi para pedagang kecil. Lalu, dapat memastikan komunitas barang dagangan di pasar itu layak konsumsi dan bebas dari bahan berbahaya. Serta, para PKL mendapatkan haknya dan tidak melanggar aturan yang ada dengan idealnya tertata secara komoditi. (rez)