METROPOLITAN - Sejak kapan Anda berprofesi sebagai TKSK? Saya jadi TKSK sejak tahun 2016. Apa yang melatarbelakangi Anda mau menggeluti profesi ini? Bagi saya TKSK bukan lah sebuah pekerjaan. Melainkan relawan yang dituntut bekerja secara ikhlas untuk membantu masyarakat yang rawan secara sosial. Karena, bila disebut sebuah pekerjaan kami ini tidak mendapatkan honor. Kami hanya mendapatkan tali asih yang diberikan pertiga bulan sekali. Sebagai TKSK apa yang ingin Anda lakukan? Ingin membantu masyarakat yang rawan secara sosial ekonomi, terutama untuk masyarakat Rumpin yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Adakah gagasan atau perubahan yang ingin Anda wujudkan? Data kemiskinan harus selalu bisa di update, tanpa prosedur yang berbelit-belit berdasarkan masukan dari masyarkat atau desa. Hingga bantuan yang diberikan dari pemerintah bisa tepat sasaran. Bantuan itu bisa meningkatkan tarap hidup masyarakat yang benar-benar membutuhkan Selama bekerja sebagai TKSK, adakah pengalaman menarik yang Anda rasakan? Banyak pengalaman menarik yang saya rasakan setelah berprofesi sebagai TKSK. Seperti, warga yang dianggap mampu tetapi masih mau menerima bantuan dari pemerintah, seperti BPJS dan PBI. Padahal rekomendasi surat keterangan keluarga miskin itu jelas-jelas untuk warga miskin. Dari situ, saya tidak kehabisan akal dan melakukan debat dengan yang bersangkutan. Hingga saya meminta kepada yang bersangkutan untuk menandatangani Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Disitu, beliau tidak mau dan akhirnya merasa malu hingga meminta maaf. Bukannya saya mau menjatuhkan, tetapi ini harus diingatkan kepada masyarakat, agar bantuan yang diberikan pemerintah tepat sasaran. (mul/c/rez)