METROPOLITAN - Penerimaan infak dan zakat oleh Badan Zakat Nasional (Baznas) Kota Bogor tahun ini mengalami penurunan. Hal itu terungkap saat Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Covid-19 kepada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Masjid di aula PPIB, Jalan Pajajaran, Kota Bogor, Kamis (17/12). Ketua Baznas Kota Bogor Chotib Malik mengatakan, pengumpulan zakat dan infak di masjid terus berjalan meski diakuinya terdapat penurunan target penerimaan. Jika semula penerimaan zakat dan infak ditargetkan bisa mencapai angka Rp8 miliar, namun saat pandemi Covid-19 ini realisasi yang berhasil dikumpulkan berjumlah Rp4,5 miliar. “Sampai hari ini sudah kami salurkan Rp2,5 miliar untuk 7.000 penerima, dalam bentuk paket fakir miskin dan paket kesehatan,” ungkap Chotib. Ia menegaskan zakat dan infak yang dikumpulkan itu disalurkan kepada masyarakat terdampak Covid-19. ”Jangan sampai ada masyarakat yang kelaparan. Walaupun penerimaan infak dan zakat selama pandemi Covid-19 turun,” pintanya. Sementara itu, dalam Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Covid-19 untuk 40 UPZ masjid, Wali Kota Bogor Bima Arya mengingatkan kembali soal pentingnya penerapan protokol kesehatan. ”(Kasus, red) Covid-19 di Kota Bogor sedang tinggi-tingginya. Kalau di Maret rata-rata kasus hanya sebelas orang (per hari,red), setelah Ramadan dua minggu tidak ada kasus. Namun merambat naik pada Juni dan sekarang mencapai 50-70 kasus Covid-19 per hari. Sampai hari ini terhitung 3.000 orang terkena Covid-19, dengan rincian 841 orang dirawat di rumah sakit, 118 orang meninggal dan ribuan lainnya sembuh,” ungkap Bima Arya. Bima mengatakan, langkah yang sedang diikhtiarkan yakni menambah fasilitas dalam bentuk rumah sakit darurat sebagai bentuk antisipasi atas lonjakan kasus yang terjadi setiap harinya. Rumah sakit darurat ini nantinya akan diperuntukkan bagi pasien dengan gejala sedang dan berat. Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menargetkan bulan depan rumah sakit darurat sudah bisa beroperasi. ”Kami juga akan memperkuat unit lacak atau tim surveilans. Tim ini begitu ada kasus positif, kontak eratnya dilacak. Tapi karena kasus per hari sudah 70 orang yang artinya harus mencari dan mengawasi kontak erat 1.400 orang, sementara personel unit lacak tidak sampai 1.500,” tandas Bima. (*/feb/run)