Peluang usaha budi daya burung puyuh terbilang menjanjikan. Sebab, tak hanya telur dan daging, kotoran burung puyuh cokelat rupanya juga bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah. TELUR dan daging burung sendiri sangat dikenal dan diminati masyarakat sebagai bahan olahan makanan. Sementara kotorannya banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan pakan kutu air. Budi daya burung puyuh ini dikembangkan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Reduce Reuse and Ricycle (3R) Mutiara Bogor Raya (MBR) di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Pengawas TPST 3R MBR Sulistyowati mengatakan, burung puyuh dipilih untuk dibudidayakan sebagai upaya menyerap maggot yang dibudidayakan di TPST 3R. Larva Black Soldier Fly (BSF) ini dijadikan pakan, di luar pakan utama berupa pur. ”Ide kenapa budi daya puyuh, karena kami ingin menyerap maggot. Pemeliharaan puyuh juga simpel dan mudah setelah kami pelajari. Makanya diputuskan untuk mencoba budi daya puyuh,” katanya. Selain itu, lanjut Sulis, pakan maggot juga diberikan guna menekan biaya pengeluaran dari pakan pur. Setiap hari, burung puyuh diberikan pakan tersebut dengan perbandingan 30 persen maggot dan 70 persen pur. Ia menjelaskan budi daya burung puyuh yang dilakukan sejak empat bulan lalu itu mulai dari penyediaan bibit unggul dengan menetaskan sebanyak 2.500 telur. Anakan-anakan puyuh kemudian dibesarkan untuk dijadikan indukan kembali sebelum disiapkan untuk memproduksi telur. ”Di sini kami mulai dari penetasan telur yang kemudian dibesarkan. Setelah besar, jantan betina kami kawinkan lagi, dan hasilnya baru dikembangkan untuk puyuh petelur. Begitu seterusnya,” jelasnya. Saat ini, ada 1.500 ekor puyuh petelur yang telah menghasilkan 870 butir telur setiap harinya. Menurut Sulis, burung puyuh dapat bertelur pada umur 40 hari setelah menetas, dan satu ekor puyuh dapat memproduksi telur hingga 18 bulan masa bertelur setiap harinya. Sejauh ini hasil budi daya, sambungnya, telur puyuh banyak dibeli warga sekitar TPST 3R. Per butir telur dihargai Rp330 di kandang. ”Ada juga yang sudah rutin reseller 500 butir telur setiap hari,” ujar Sulis. Selain telur, pihaknya juga menjual daging puyuh segar yang dihargai Rp7.000 per ekor. Sedangkan untuk kotoran puyuh banyak dipesan petani untuk pupuk organik di bidang pertanian. ”Kalau kotoran juga dijual buat pupuk dan suka dimanfaatkan untuk membuat kutu air pakan cupang. Per karung kotoran basah itu biasa dijual Rp15.000. Kami juga sediakan puyuh yang siap bertelur harganya Rp12.500 per ekor,” tandasnya. Menurutnya, pemeliharaan burung puyuh memang tidak sukar alias mudah. Namun, pembersihan kotoran di kandang menjadi kegiatan wajib yang harus dilakukan setiap hari. ”Bahkan untuk jaga kebersihan juga, pekerja harus ganti baju dan buka sandal ketika masuk,” ucapnya. Sulis mengaku pendapatan dari usaha budi daya burung puyuh lumayan, setelah dipotong biaya pengeluaran untuk pakan pur ditambah satu pekerja. Pihaknya ingin budi daya unggas daratan yang kecil nan gemuk tersebut bisa juga dikembangkan secara luas di Kota Bogor. Sehingga ketika masyarakat berminat akan memulai usaha bisa belajar dulu di TPST 3R. ”Kami inginnya terus mengembangkan tapi lahannya memang terbatas. Jadi harapan kami usaha puyuh ini dapat tertular juga ke masyarakat. Di sini bisa jadi percontohannya dan untuk proses pelatihannya,” tuntas Sulis. (ryn/run)