Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada Minggu (15/06/25), menyampaikan bahwa Iran bersedia menghentikan serangan terhadap Israel, asalkan Israel juga menghentikan agresinya terhadap Teheran.
Berbicara di hadapan para duta besar asing di Teheran, Araghchi menegaskan bahwa konflik ini merupakan bentuk paksaan terhadap Iran.
“Pertahanan kami sepenuhnya sah dan akan dilakukan dengan kekuatan, semata-mata sebagai respons atas agresi,” ujarnya. “Jika serangan dihentikan, aksi balasan Iran juga akan berakhir.”
Baca Juga: Gagal Lolos, Barcelona Bujuk FIFA Demi Tampil di Piala Dunia Antarklub 2025
Ketegangan kedua negara meningkat drastis usai Israel melancarkan serangan udara terkoordinasi terhadap beberapa lokasi strategis di Teheran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, pada Jumat (13/06/25).
Dalam waktu singkat, Iran membalas dengan meluncurkan gelombang kedua operasi bernama True Promise III, menargetkan fasilitas ekonomi dan industri di kota pelabuhan Israel, Haifa.
Israel kemudian merespons kembali dengan menyerang Kementerian Pertahanan dan fasilitas penyimpanan minyak di ibu kota Iran.
Menurut data dari pemerintah Iran, serangan pada hari pertama menewaskan sedikitnya 78 orang, sementara serangan lanjutan menyebabkan puluhan korban lainnya, termasuk anak-anak.
Akibat konflik ini, negosiasi nuklir tidak langsung antara Teheran dan Washington yang dimediasi oleh Oman pun dihentikan.
Putaran keenam yang sedianya digelar di Muskat pada Minggu terpaksa ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.