METROPOLITAN.ID - Gelondongan kayu dengan jumlah ribuan ikut terbawa arus banjir bandang di Sumatera Utara, menjadi sorotan publik setelah video viral menyebar di media sosial.
Fenomena ini memicu dugaan kuat praktik ilegal logging yang memperparah longsor dan banjir di wilayah Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, hingga Sibolga.
Warganet ramai menduga kayu-kayu besar tersebut berasal dari penebangan liar di hulu sungai, yang kini berserakan di pesisir pantai.
Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution langsung merespons kehebohan tersebut, menyatakan akan mengecek asal-usul gelondongan kayu meski prioritas utama tetap evakuasi warga dan distribusi logistik darurat seperti makanan serta keperluan bayi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumut, Heri Wahyudi Marpaung, menyebut kayu tersebut kemungkinan berasal dari material longsor di perbukitan yang terbawa arus.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemenhut) menduga gelondongan kayu berasal dari Pemegang Hak Atas Tanah (PHAT) di areal penggunaan lain (APL), berupa kayu bekas tebangan yang lapuk dan terseret banjir.
Baca Juga: Aktor Gary Iskak Meninggal Dunia karena Apa?
Tim Gakkum Kemenhut sedang telusuri sumbernya, mengingat banjir masih berlangsung, sambil ungkap modus pencucian kayu ilegal di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
Ketua Komisi VIII DPR RI menduga perambahan hutan di hulu menjadi pemicu utama bencana, dengan korban jiwa mencapai empat orang di Tapanuli Tengah.
Tak hanya Sumut, Sabtu 29 November 2025, tumpukan gelondongan kayu berserakan di pantai Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, pasca banjir bandang yang membawa material dari hulu hingga pesisir.
Pemandangan ini jadi bukti dampak ekologis dahsyat, dengan Sarekat Hijau Indonesia (SHI) memperingatkan kerusakan akibat ekspansi sawit, tambang emas, dan PLTA sejak 1990-an di kawasan seperti Batang Toru.
Baca Juga: Polisi Bongkar Jaringan Pencurian hingga Pemalsu Dokumen Mobil di Sukabumi
Greenpeace juga blak-blakan sebut ini indikasi penebangan liar yang perparah bencana.