Desain yang matang, tidak hanya indah di atas kertas tetapi realistis di lapangan. Dan tentu, konsistensi jangka panjang—karena membangun ekonomi desa tidak cukup dengan program lima tahunan.
Jika koperasi Merah Putih dibangun dengan fondasi yang kuat, berbasis kepercayaan warga, serta dikelola dengan tata kelola yang akuntabel dan inklusif, maka ia berpeluang menjadi tulang punggung ekonomi desa yang sesungguhnya.
Ia bisa menjadi ruang tumbuh bagi petani kecil, perajin lokal, hingga wirausahawan muda di desa-desa yang selama ini terpinggirkan oleh arus ekonomi nasional.
Namun, jika koperasi ini lahir tanpa arah yang jelas, tanpa dukungan nyata, dan hanya dijadikan alat pencitraan sesaat—maka cepat atau lambat, ia akan bernasib seperti banyak inisiatif serupa sebelumnya: dikenang dengan harapan, dilupakan tanpa hasil.
Kini saatnya memilih: membiarkan koperasi Merah Putih jadi slogan belaka, atau menjadikannya kendaraan nyata menuju kedaulatan ekonomi desa. Pilihan itu ada pada kita semua—pemerintah, masyarakat, dan para penggerak perubahan di setiap sudut negeri.
Mari kita pastikan koperasi bukan hanya tinggal nama, tapi menjadi gerakan nyata menuju kedaulatan ekonomi dari desa. ***