METROPOLITAN.ID - Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyoroti pertumbuhan ekonomi Kota Bandung serta langkah-langkah untuk menjaga stabilitas harga bahan pangan saat Ramadan dan menjelang Lebaran 2025.
Pada tahun 2024, ekonomi Kota Bandung tumbuh sebesar 4,99 persen, sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,07 persen.
Farhan mengungkapkan, selama ini laju pertumbuhan ekonomi masih berada di angka 5 persen. Meski sebelum pandemi sempat mencapai 7 persen pada 2019.
Tiga sektor utama yang mendominasi pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan sebesar 26,32 persen, industri pengolahan 18,29 persen, dan sektor informasi serta komunikasi 14,09 persen.
"Kami perlu melakukan analisis lebih dalam untuk melihat bagaimana Bandung bisa berkontribusi dalam target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada 2025-2029," ujar Farhan.
Lebih lanjut, ia menekankan perlunya strategi agar ekonomi Kota Bandung dapat kembali tumbuh lebih tinggi.
Baca Juga: Jembatan Penghubung Bogor - Karawang Putus Diterjang Banjir, Gubernur Dedi Mulyadi Minta Maaf
"Apakah cukup pertumbuhan laju ekonomi di 5 persen atau bisa naik ke 6 persen? Kita harus mencari langkah konkret agar tidak tertinggal," tambahnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Kota Bandung pada Februari 2024 tercatat mengalami deflasi sebesar -0,50 persen secara tahunan (YoY), -0,73 persen secara bulanan (MtM), dan -1,61 persen sejak awal tahun (YtD). Namun, menjelang Ramadan, tren kenaikan harga bahan pokok mulai terlihat.
"Inflasi yang terlalu rendah juga berisiko karena masyarakat bisa meningkatkan belanja secara tiba-tiba, sehingga memicu lonjakan harga. Motor utama ekonomi adalah konsumsi, tanpa konsumsi ekonomi kota tidak akan tumbuh," jelas Farhan.
Untuk itu, Pemerintah Kota Bandung akan memantau langsung di empat pasar utama pada Minggu pagi saat sahur guna melihat kondisi harga bahan pokok.
"Kami ingin tahu bagaimana dampak kebijakan pemerintah pusat dan apakah langkah-langkah efisiensi yang diambil sudah cukup efektif," tambahnya.
Selain faktor ekonomi, Farhan juga menyoroti cuaca ekstrem yang terjadi sejak akhir Februari, yang berpotensi memengaruhi pasokan bahan pangan.