METROPOLITAN.ID - Sebuah video yang memperlihatkan sejumlah pekerja proyek berseragam Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berjoget di atas jembatan darurat Bojongkopo, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, viral di media sosial dan menuai kritik dari berbagai kalangan.
Video berdurasi 34 detik itu pertama kali diunggah oleh akun Facebook Dodi Mubarok dengan keterangan:
"VIRAL!! PARA PEKERJA JOGED JARAN GOYANG DI JEMBATAN ALTERNATIF BOJONGKOPO, SEMOGA INI MENJADI RITUAL SUPAYA TIDAK TERBAWA ARUS LAGI… SEMANGAT."
Baca Juga: Kebakaran Hebat di Jampangtengah Sukabumi, Pasutri Dilarikan ke Rumah Sakit Gegara Luka Bakar Parah
Dalam video tersebut juga terdapat tulisan tambahan:
“VIRAL GOYANG JARAN GOYANG DI JEMBATAN ALTERNATIF BOJONG KOPO KAB. SUKABUMI” dan komentar dalam bahasa Sunda:
“Mudah-mudahan we teu kabawa deui arus tos digoyang semar mesem mah,” disertai emoji tertawa.
Jembatan darurat itu sendiri dibangun setelah Jembatan Cidadap hancur akibat banjir bandang pada Kamis, 6 Maret 2025. Namun, pada 13 April 2025, jembatan sempat kembali rusak akibat terjangan air bah, sebelum akhirnya diperbaiki dan bisa kembali dilalui kendaraan roda empat.
Viralnya video joget di atas infrastruktur sementara yang krusial bagi mobilitas warga justru memantik reaksi keras.
Baca Juga: Desa Kutasirna Sukabumi Gelar Musdesus, Bahas Rencana Pembentukan Koperasi Merah Putih
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sukabumi, Hamzah Gurnita, menilai aksi tersebut tidak pantas dan mempertanyakan keseriusan para pekerja.
“Pertanyaannya, video itu direkam kapan? Jika sebelum jembatan rusak, artinya mereka tidak serius sejak awal. Kalau setelah kerusakan, itu lebih parah, karena menunjukkan kurangnya empati terhadap penderitaan warga,” tegas Hamzah, Selasa 22 April 2025.
Ia menilai aksi tersebut mencederai rasa keadilan masyarakat yang saat itu masih berjuang dengan keterbatasan akses akibat dampak banjir.
“Ketika rakyat kebingungan karena akses terputus, para pekerja malah berjoget. Ini bukan hanya tidak etis, tapi juga tidak memberi contoh yang baik,” lanjutnya.
Hamzah juga menyerukan agar dalam proses pembangunan infrastruktur pascabencana, masyarakat lokal lebih dilibatkan, mengingat mereka lebih memahami medan dan kondisi setempat.
“Kami ingin proyek seperti ini tidak dikerjakan asal jadi. Libatkan masyarakat lokal agar hasilnya benar-benar bermanfaat bagi warga,” ujarnya.