Cukup banyak, terutama saat saya mendampingi perkara prodeo atau perkara masyarakat tidak mampu. Dimana, saya tidak dibayar oleh uang oleh mereka, melainkan dengan hasil bumi seperti beras, pisang dan lain sebagainya. Tetapi, bagi saya itu tidak masalah, karena saya merasa ada kepuasan tersendiri ketika bisa membantu masyarakat. Maka, bagi saya mau di bayar alhamdulilah dan tidak juga tidak apa-apa, selama masyarakat jujur kalau memang dia tidak mampu.
Bagaimana dengan dukanya?
Banyak juga duka yang saya alami dalam menjalani profesi penegakan atau supremasi hukum dengan menjadi advokat ini. Dimana, pasti ada saja ulah-ulah oknum yang sekiranya ingin mempengaruhi sebuah proses dalam persidangan. Baik dari saksi dan kami yang mendapat teror hingga ancaman penculikan dan pembunuhan. Itu sudah saya alami. Meski demikian, saya tidak gentar. Karena, hidup dan mati seseorang itu bukan ditentukan oleh manusia, melainkan ketentuan atau pun takdir Allah SWT. Saya hanya bisa berserah diri saja.(rez)