Minggu, 21 Desember 2025

OPINI : Media Sosial Tak Terkendali, Media Konvensional Harus Konsisten Jadi Wadah Tabayyun Warganet

- Rabu, 27 Agustus 2025 | 14:10 WIB
Mahasiswa Sains Komunikasi FISIP Universitas Djuanda Bogor Ryan Muttaqien
Mahasiswa Sains Komunikasi FISIP Universitas Djuanda Bogor Ryan Muttaqien

Dalam kerangka teori Agenda Setting, pergeseran otoritas media juga tampak jelas. Pada masa lalu, media konvensional memiliki kekuatan penuh untuk menentukan isu apa yang penting bagi publik. Kini, arah angin berbalik. Media sosial justru sering kali menjadi sumber awal informasi yang kemudian diikuti dan diperdalam oleh media arus utama.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana algoritma platform digital dan suara warganet ikut menentukan agenda publik. Hal ini positif karena memberi ruang bagi isu-isu lokal untuk naik ke panggung nasional, namun sekaligus berbahaya karena isu remeh atau menyesatkan pun bisa mendominasi percakapan.

Situasi ini menuntut masyarakat untuk semakin kritis dalam menyikapi informasi. Literasi media menjadi kebutuhan mendesak, agar publik mampu memilah mana kabar yang bisa dipercaya dan mana yang sekadar sensasi. Literasi media tidak hanya berarti mengenali hoaks, tetapi juga memahami cara kerja media, bagaimana framing membentuk persepsi, serta bagaimana algoritma menciptakan ruang gema yang memperkuat pandangan searah.

Bagi media konvensional, tantangan terbesar adalah bagaimana tetap bertahan tanpa kehilangan jati diri. Kecepatan informasi memang penting, tetapi akurasi adalah nilai yang tidak boleh dikorbankan.

Media arus utama harus membedakan diri dari lautan informasi instan dengan menghadirkan kualitas dan kredibilitas. Eksklusivitas laporan mendalam, investigasi, serta analisis yang tajam menjadi modal yang tidak dimiliki akun media sosial biasa.

Pergeseran pola konsumsi informasi ini juga sejalan dengan teori Diffusion of Innovation yang dikemukakan Everett Rogers. Pada awal 2000-an, hanya segelintir inovator yang membaca berita online. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan media digital merambah kelompok yang lebih luas hingga akhirnya menjadi arus utama. Kini hampir semua lapisan masyarakat, dari perkotaan hingga pedesaan, menjadikan media sosial dan online sebagai sumber informasi harian.

Namun, ada konsekuensi serius dari demokratisasi informasi ini. Masyarakat rentan terseret arus informasi yang tidak terverifikasi. Dalam konteks inilah media konvensional diharapkan konsisten menjalankan peran sebagai penjaga gerbang kebenaran. Dengan kredibilitas yang dibangun melalui kode etik jurnalistik, media konvensional harus tetap menjadi sumber verifikasi dan klarifikasi.

Pergeseran besar ini pada dasarnya adalah konsekuensi logis dari perkembangan teknologi dan budaya digital. Masyarakat kini lebih memilih informasi yang cepat, praktis, dan sesuai preferensi personal.

Tetapi di tengah derasnya banjir informasi, media konvensional tidak boleh kehilangan fungsi dasarnya. Mereka harus tetap hadir sebagai mercusuar kebenaran, wadah tabayyun, serta benteng terakhir melawan informasi menyesatkan.

Ke depan, keseimbangan antara kecepatan dan akurasi akan menjadi kunci. Masyarakat membutuhkan informasi yang cepat, tetapi juga benar dan dapat dipercaya. Untuk itu, literasi media harus terus ditingkatkan agar warganet mampu menjadi konsumen informasi yang cerdas dan bertanggung jawab. Tanpa hal ini, masyarakat akan terus terjebak dalam jebakan berita palsu, sementara media arus utama perlahan kehilangan perannya.

Transformasi komunikasi yang terjadi saat ini pada akhirnya menuntut kolaborasi. Media konvensional tidak bisa lagi berdiri sendiri, tetapi harus memanfaatkan ruang digital secara maksimal tanpa mengorbankan integritas. Sementara masyarakat harus meningkatkan literasi dan kesadaran kritis. Jika kedua hal ini berjalan beriringan, maka arus deras informasi digital bisa membawa manfaat, bukan sekadar menambah kebingungan.***

(*) Penulis adalah Mahasiswa Sains Komunikasi FISIP Universitas Djuanda Bogor

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

OPINI: Inovasi atau Anomali Haji?

Rabu, 19 November 2025 | 21:05 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 09:27 WIB

UMKM Naik Kelas

Selasa, 30 September 2025 | 20:36 WIB
X