Senin, 22 Desember 2025

Kontur Alam Kota Sukabumi Ada di Kemiringan dan Bukan Cekungan, Kok Bisa Banjir Besar? Ini Kata DLH

- Selasa, 26 November 2024 | 09:53 WIB
Persoalan banjir Kota Sukabumi tengah jadi sorotan karena DLH menyebut kontur alam berkarater kemiringan dan bukan cekungan (Satiri)
Persoalan banjir Kota Sukabumi tengah jadi sorotan karena DLH menyebut kontur alam berkarater kemiringan dan bukan cekungan (Satiri)

METROPOLITAN.ID - Bencana banjir saat cuaca ekstrem di Kota Sukabumi, baru-baru ini, terus jadi perbincangan. Apalagi, kontur wilayah alam Kota Sukabumi berada di daerah kemiringan dan bukan cekungan, namun bisa terjadi banjir besar.

Hal ini pun menjadi Pekerjaan Rumah (PR) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi, terkait permasalahan lingkungan, sampah dan banjir.

Menurut Sekretaris DLH Kota Sukabumi, Susiyana, melihat dari kondisi wilayah dan kontur daerah, Kota Sukabumi sendiri berkarakteristik miring.

Baca Juga: Marah Besar saat Sidak Proyek Stadion Singaperbangsa, Bupati Karawang Aep Syaepuloh Semprot Kontraktor

"Iya kondisi wilayah kota sukabumi berada diposisi miring bukan cekungan. kaluapun terjadi banjir, kondisi air seharusnya beberapa waktu hanya melintas saja dan surut. Namun yang terjadi malah terjadi banjir hebat, tentunya harus menjadi perhatian kami," kata dia saat membuka kegiatan tahapan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang ke dua dalam program kerja periode 2024-2029, di Hotel Horison Sukabumi, Senin 25 November 2024.

Dijelaskan pula, RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk lima tahun ke depan.

"Dengan memasukkan KLHS, Kota Sukabumi diharapkan dapat menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, penurunan kualitas lingkungan, dan kebutuhan energi terbarukan secara lebih sistematis," ucap dia.

Baca Juga: Pilkada Karawang Memanas, Timses Acep Gina Diduga Kampanye di Medsos saat Masa Tenang, Aktivis Lapor Bawaslu

Permasalahan lain yang dihadapi, Kapasitas TPA di Kota Sukabumi semakin terbatas, sementara Kota Sukabumi menghasilkan 184,4 ton sampah per hari.

Menurut Susiyana tentunya mengatasi permasalahan sampah ini menjadi fokus pihaknya, salah satunya dengan mengandalkan keberadaan TPS3R yang ada di Kota Sukabumi untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.

"Bahkan di beberapa daerah sedang mengejar untuk pengelolaan sampah dengan sistem Refuse Derived Fuel (RDF), RDF merupakan hasil pengolahan sampah yang dikeringkan, dicacah, dan diubah bentuk dan fungsinya atau disebut juga dengan Kripik Sampah," kata dia.

Baca Juga: Ruben Amorim Komentar Manchester United Harus Berbenah Banyak Aspek yang Memerlukan Waktu

RDF memiliki nilai bahan bakar yang setara dengan batu bara muda dan dapat digunakan oleh berbagai industri, seperti pabrik semen.

Teknologi RDF dianggap dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Anak-anak Kena Judol, Kegagalan Negara Sekuler?

Selasa, 3 Juni 2025 | 12:13 WIB

Wakil Bupati Purwakarta Lepas 308 Jemaah Haji

Senin, 26 Mei 2025 | 12:49 WIB
X