METROPOLITAN.ID - Aksi unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat sipil di depan DPRD Kota Sukabumi pada Kamis 20 Maret 2025, berujung ricuh.
Kericuhan terjadi saat sejumlah wartawan yang tengah meliput insiden peserta aksi pingsan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari massa.
Ketegangan bermula ketika jurnalis mencoba mengambil gambar evakuasi peserta aksi yang pingsan.
Baca Juga: Mahasiswa FEB Universitas Pakuan Bogor Didorong Melek Pentingnya Kolaborasi Internasional
Namun, beberapa demonstran melarang peliputan, melontarkan kata-kata kasar, hingga terjadi aksi dorong dan adu mulut antara massa dan wartawan.
Ketua IJTI Sukabumi Raya, Apit Haeruman, mengatakan beberapa jurnalis bahkan mengalami tindakan kasar, termasuk dirinya yang sempat dicekik saat berusaha melerai kericuhan.
"Kami hadir bukan untuk mengganggu, tapi untuk menyuarakan aspirasi mereka," ujarnya.
Baca Juga: Lebaran Nyaman dan Transaksi Lancar, BRI Jamin Keandalan E-Channel
Menanggapi insiden ini, Wakil Rektor 3 Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Andri Moewashi Idharoel Haq, menyatakan mahasiswa kemungkinan tidak mengetahui aturan jurnalistik.
Pihak kampus telah meminta maaf kepada wartawan dan berharap kejadian ini menjadi pembelajaran.
IJTI Sukabumi Raya memastikan tidak akan menempuh jalur hukum setelah adanya permintaan maaf dari pihak kampus dan kesepakatan untuk berdamai.
"Semoga ke depan, aksi demonstrasi bisa berjalan lebih intelektual," kata Apit.
Sementara itu, aksi demo yang digelar menyoroti revisi UU yang dianggap memperbesar kekuasaan aparat tanpa kontrol tegas.
Sehingga hal tersebut berpotensi membungkam sikap kritis masyarakat yang hendak menyampaikan aspirasi.