"Ini langkah antisipatif untuk mengurangi tekanan terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cikolotok," katanya.
Menurutnya, kondisi kapasitas TPA Cikolotok saat ini sudah mulai kritis. Dari total daya tampung yang tersedia, hanya tersisa sekitar 40 persen.
"Kalau tidak diantisipasi sejak dini, kita bisa menghadapi krisis lingkungan karena overload TPA," tambahnya.
DLH Purwakarta juga akan menerapkan sistem sanitary landfill untuk pengelolaan sampah di TPA. Sistem ini dikenal lebih ramah lingkungan karena sampah ditimbun secara sistematis, dipadatkan, dan dilapisi tanah untuk menghindari pencemaran.
"Dengan sistem sanitary landfill, kita bisa meminimalisasi bau, limbah lindi, dan dampak negatif lainnya terhadap masyarakat sekitar," ujar Kosasih.
Ia juga menambahkan bahwa sistem ini sudah menjadi standar nasional dan akan diimplementasikan di Purwakarta.
Seluruh program yang diluncurkan tahun ini, menurutnya, sejalan dengan tema global HLH Sedunia 2025, yaitu "Land Restoration, Desertification and Drought Resilience".
Meskipun tema tersebut bersifat global, Kosasih menyebut bahwa upaya lokal tetap menjadi kunci dalam menjawab tantangan lingkungan masa kini.
"Semua pihak harus terlibat, mulai dari pemerintah, pelajar, hingga masyarakat umum. Menjaga lingkungan bukan hanya tugas satu instansi, tapi tanggung jawab bersama," tutup Kosasih.***