Skema WFA kemungkinan akan diterapkan kembali pada 29–31 Desember untuk mencegah penumpukan kendaraan arus balik.
Baca Juga: Siapa Pemilik PT Toba Pulp Lestari? Dituding Biang Kerok Banjir di Sumatera
Penerapan WFA bertujuan mendistribusikan volume kendaraan agar tidak terkonsentrasi di satu waktu, sehingga rekayasa lalu lintas dapat berjalan lebih efektif.
Fokus pengamanan Operasi Lilin 2025 diarahkan ke jalur tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, jalur arteri dan wisata, serta simpul transportasi.
Di jalur tol, rekayasa lalu lintas akan bersifat situasional sesuai volume kendaraan, meliputi:
- One Way (Satu Arah): Diterapkan saat lonjakan volume sangat tinggi.
- Contra Flow (Lawan Arus): Diterapkan untuk menambah kapasitas lajur.
Baca Juga: Prabowo Sudah Kantongi Penyebab Banjir Sumatera, Benarkah Ada Indikasi Pembalakan Liar?
- Manajemen Rest Area: Dilakukan untuk menghindari penumpukan kendaraan di jalur tol Jakarta–Semarang–Surabaya yang sering menjadi pemicu kemacetan.
Pemantauan dilakukan secara real time melalui ETLE mobile dan Command Center Korlantas. Jika terjadi lonjakan, sistem rekayasa langsung diaktifkan secara cepat dan terkoordinasi.
Untuk jalur arteri dan kawasan wisata (Puncak, Lembang, Bali, Yogyakarta, Malang), rekayasa disesuaikan dengan karakteristik wilayah, seperti:
- Buka-Tutup Jalan
- Pengalihan Rute
- Ganjil-Genap (di kawasan padat seperti Puncak)
Baca Juga: Harga Emas Perhiasan Hari Ini 3 Desember 2025: 24K Terpantau Stabil
