Karina menuturkan, bahwa terkadang sampah infeksius, sampah limbah atau bahan berbahaya dan beracun seperti bekas spanduk, terpal, cat, batrai, kain tebal, kaleng semprotan nyamuk, karpet, sepatu, limbah rumah sakit dan lain sebagainya ikut masuk dan dibakar di dalam mesin iscinerator sampah tersebut.
Ini dikarenakan masyarakat masih masih minim informasi, karena kurangnya sosialisasi. Ia memandang perlu edukasi persuasif ke warga agar lebih detail pemahamannya tentang pemilahan sampah.
”Sampah kalau dipilah dengan baik, ada yang bisa memberikan nilai ekonomis. Ini bisa menjadi sumber pendapatan bagi warga, yang akhir-akhir ini banyaknya PHK di pabrik-pabrik besar,” ujarnya.
Semua sampah, kata Karina, jika dikelola dengan baik dan tuntas tidak ada lagi namanya darurat sampah seperti yang terjadi saat ini di sebagian besar daerah di Indonesia. ***